Para ilmuwan dari University of the Negev, Israel, mengklaim telah mengembangkan sebuah program komputer yang bisa menguraikan arti teks naskah kuno. Para ahli menilai kemampuan program komputer ini bisa menuntun ke arah teknologi serupa mesin pencari Google khusus dokumen-dokumen bersejarah.
Program tersebut menggunakan pola pengenalan algoritma yang mirip dengan yang biasa dipakai para penegak hukum dalam mengidentifikasi dan membandingkan sidik jari.
Namun untuk keperluan penerjemahan, program ini dirancang untuk mengenali huruf, kata, bahkan gaya tulisan tangan pada dokumen yang disimpan dalam waktu lama.
Dengan mengenali pola seperti itu, komputer akan mencipta ulang pola tulisan pada naskah dengan akurat.
"Semakin banyak teks yang dianalisa, maka program ini akan semakin pintar dan akurat dalam mengenali dan menterjemahkan teks," kata salah satu ilmuwan, Itay Bar-Yosef seperti dikutip dari Reuters.
Komputer kemudian bekerja dengan perangkat kopi naskah digital. Perangkat ini menentukan nilai setiap ukuran piksel tulisan berdasarkan gelap terang naskah. Kemudian, perangkat kopi digital akan memisahkan tulisan dari latar dan mengenali setiap garis, huruf, dan kata yang membentuk kalimat.
Meski tim perancang mengkhususkannya untuk mengenali naskah berbahasa Ibranikuno, perangkat ini diklaim tak hanya bisa membaca bahasa tradisional Yahudi saja namun bisa juga digunakan untuk menganalisa bahasa lain.
Showing posts with label sains. Show all posts
Showing posts with label sains. Show all posts
Sunday, November 15, 2009
Saturday, November 14, 2009
Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi
Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai akhir masa hidupnya sebagai bintang katai putih. Saat ini Matahari berada di deret Utama (Main Sequence)
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Habitasi yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata Surya. Zona layak huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / layak huni dalam Tata Surya. Zona layak huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA - 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuipert, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.
Thursday, November 12, 2009
Akankah Asteroid Menabrak Bumi?
Berbicara tentang asteroid, banyak kekhawatiran yang mengakibatkan manusia bertanya-tanya. Mungkinkah benda ini suatu saat akan menghantam bumi dan mengakibatkan bencana yang dahsyat? Menurut temuan berbagai penelitian, bahwa Kebanyakan asteroid yang jatuh sebenarnya tidak menyebabkan kerusakan di bumi, kecuali diameternya mencapai lebih dari 25 meter. Walau demikian, sebuah asteroid yang digolongkan berbahaya bagi bumi (Potentially Hazardous Asteroid/PHA) telah berhasil ditemukan Robert Holmes, seorang astronom dari Astronomical Research Institute pada 31 Januari 2009. Bulgarian Academy of Science, juga mengidentifikasi adanya asteroid ini. Penemuan objek ini diprediksi sebagai objek yang berpotensi menumbuk bumi setelah tahun 2042. Asteroid yang dinamakan 2009 BD81 ini akan mendekati bumi pada 27 Februari 2009 dan berada pada jarak tujuh juta km dari bumi. Pada tahun 2042 diperkirakan asteroid ini akan berada pada jarak lebih dekat sekitar 31.800 km dari bumi dan akan semakin mendekat pada tahun 2046.
Kita mungkin masih ingat, sekitar 65 juta tahun lalu sebuah asteroid diduga telah menghantam bumi yang dipercaya bertanggung jawab atas kemusnahan mahkluk langka dinosaurus.
Label:
ASTEROID,
iptek,
sains,
semutmer4h
Tuesday, November 10, 2009
Nobel Kedokteran 2009 : Misteri Telomer Terpecahkan
Posted by prima almazini on 8 November 2009
Elizabeth H. Backburn, Carol W Greider, dan Jack W Szostak berhasil meraih penghargaan Nobel Kedokteran 2009 berkat sebuah penemuan yang berjudul “Bagaimana Kromosom Dilindungi oleh Telomer dan Enzim Telomerase”.

Kromosom mengandung genom pada molekul DNA-nya. Pada awal tahun 1930-an, Hermann Muller (peraih hadiah Nobel tahun 1946) dan Barbara McClintock (peraih Nobel tahun 1983) telah meneliti bahwa struktur pada akhir kromosom, yang disebut telomer, diperkirakan mencegah kromosom untuk melekat satu sama lain. Mereka menduga bahwa telomer memiliki peran protektif, tetapi bagaimana cara kerjanya masih tanda tanya.
Saat peneliti mulai memahami bagaimana gen di-copy, pada tahun 1950-an, masalah lain muncul. Ketika sebuah sel membelah, molekul DNA, yang mengandung empat basa yang membentuk kode genetik, di-copy, basa demi basa, oleh enzim polymerase. Namun, pada satu dari dua ujung DNA, permasalahan timbul yaitu pada bagian paling akhir dari ujung DNA tidak dapat di-copy. Oleh karena itu, kromosom akan memendek setiap kali sel terbelah. Kedua masalah ini dapat dipecahkan saat penerima Nobel tahun ini menemukan apa fungsi telomer dan menemukan enzim yang meng-copy-nya.
Telomer DNA Memproteksi Kromosom
Pada awal fase karir penelitiannya, Elizabeth Blackburn memetakan urutan DNA. Saat mempelajari kromosom Tetrahymena, sebuah organisme siliata uniseluler, dia mengidentifikasi sebuah urutan DNA yang diulang-ulang beberapa kali pada ujung kromosom. Fungsi urutan ini, CCCCAA, masih belum jelas. Pada waktu yang sama, Jack Szostak telah membuat penelitian bahwa sebuah molekul DNA linier, sebuah tipe monokromosom, didegradasi secara cepat saat dimasukan ke sel ragi.
Blackburn mempresentasikan hasilnya pada sebuah konferensi pada tahun 1980. Ia mengajak Jack Szostack kemudian Jack dan Blackburn memutuskan untuk melakukan eksperimen menembus batas spesies yang sangat jauh berbeda. Melalui DNA Tetrahymena, Blackburn mengisolasi urutan CCCCAA. Szostac memasangkannya dengan minikromosom dan memasukkannya ke dalam sel ragi. Hasilnya, yang telah dipublikasikan pada tahun 1982, sangat mengejutkan – urutan telomer DNA melindungi minikromosom dari degradasi. DNA telomer dari satu organisme, Tetrahymena, melindungi kromosom suatu organisme yang sangat jauh berbeda, ragi. Hal ini memperlihatkan sebuah keberadaan mekanisme dasar yang tidak diketahui sebelumnya. Kemudian, hal in menjadi bukti bahwa telomer DNA dengan urutan khasnya terdapat pada seluruh tumbuhan dan hewan, dari amuba hingga manusia.
Sebuah Enzim yang Membentuk Telomer
Carol Greider, seorang mahasiswa S1, dan supervisor Blackburn memulai menginvestigasi sebuah kemungkinan bahwa pembentukan telomer DNA dipengaruhi oleh suatu enzim yang belum diketahui. Pada hari Natal tahun 1984, Greider menemukan tanda-tanda aktivitas enzim pada ekstrak sel. Greider dan Blackburn menamakannya enzim telomerase, memisahkannya, dan menunjukkan bahwa enzim juga mengandung RNA seperti halnya protein. Komponen RNA dibuktikan mengandung urutan CCCCAA. Enzim ini berperan sebagai cetakan saat telomer dibentuk, saat komponen protein dibutuhkan untuk proses konstruksi contohnya aktivitas enzim. Telomerase memegang telomer DNA, menyediakan alat yang membuat polymerase DNA dapat meng-copy keseluruhan panjang kromosom tanpa kehilangan bagian paling akhir.

Telomer Memperlambat Penuaan Sel
Peneliti saat ini mulai meneliti apa peran telomer di sel. Kelompok Szostak mengidentifikasi sel ragi dengan mutasi yang menyebabkan pemendekan bertahap dari telomer. Beberapa sel tumbuh dengan buruk dan berhenti membelah. Blackburn dan asistennya membuat mutasi pada RNA telomerase dan meneliti efek yang sama pada Tetrahymena. Pada kedua kasus tersebut, hal ini menimbulkan penuaan sel prematur – penurunan fungsi sel akibat penuaan. Sebaliknya, telomer fungsional malah mencegah kerusakan kromosom dan memperlambat penuaan sel. Selanjutnya, kelompok Greider memperlihatkan bahwa penuaan sel manusia diperlambat oleh telomerase. Penelitian tentang ini telah banyak dan saat ini diketahui bahwa urutan DNA pada telomer menarik protein yang membentuk penutup protektif di sekeliling akhir yang rapuh dari pita DNA.
Potongan Puzzle yang Penting – Penuaan Manusia, Kanker dan Stem Sel
Penelitian ini memiliki dampak yang besar pada komunitas ilmuwan. Banyak ilmuwan berspekulasi bahwa telomer memendek dapat merupakan alasan penuaan, tidak hanya sel individual tapi juga pada organisme secara umum. Akan tetapi proses penuaan telah berubah menjadi kompleks dan saat ini dipikirkan bergantung pada beberapa faktor yang berbeda, telomer salah satu diantaranya. Penelitian di wilayah ini akan semakin banyak.
Kebanyakan sel normal tidak membelah terlalu sering, oleh karena itu kromosom tidak punya risiko memendek dan tidak membutuhkan aktivitas telomerase yang tinggi. Sebaliknya sel kanker memiliki kemampuan untuk membelah tidak terbatas dan juga memelihara telomernya. Bagaimana sel kanker menghindar dari penurunan fungsi seluler karena penuaan? Satu penjelasan menjadi dengan penemuan bahwa sel kanker sering memiliki aktivitas telomerase yang meningkat. Beberapa penelitian belum dilakukan pada wilayah ini, termasuk percobaan klinis untuk mengevaluasi vaksin yang melawan langsung sel dengan aktivitas telomerase meningkat.
Beberapa penyakit menurun saat ini diketahui menjadi penyebab defek pada telomer, contohnya anemia aplastik kongenital. Penyakit turunan tertentu dari kulit dan paru-paru juga disebabkan oleh defek telomerase.
Kesimpulan, penelitian Blackburn, Greider dan Szostak telah menambah dimensi baru pada pemahaman kita mengenai sel, mekanisme penyakit, dan merangsang pengembangan terapi potensial baru.
Sumber:
1. Nobelforsamlingen. Press Release. Available from: http://nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/2009/press.html
Elizabeth H. Backburn, Carol W Greider, dan Jack W Szostak berhasil meraih penghargaan Nobel Kedokteran 2009 berkat sebuah penemuan yang berjudul “Bagaimana Kromosom Dilindungi oleh Telomer dan Enzim Telomerase”.
Kromosom mengandung genom pada molekul DNA-nya. Pada awal tahun 1930-an, Hermann Muller (peraih hadiah Nobel tahun 1946) dan Barbara McClintock (peraih Nobel tahun 1983) telah meneliti bahwa struktur pada akhir kromosom, yang disebut telomer, diperkirakan mencegah kromosom untuk melekat satu sama lain. Mereka menduga bahwa telomer memiliki peran protektif, tetapi bagaimana cara kerjanya masih tanda tanya.
Saat peneliti mulai memahami bagaimana gen di-copy, pada tahun 1950-an, masalah lain muncul. Ketika sebuah sel membelah, molekul DNA, yang mengandung empat basa yang membentuk kode genetik, di-copy, basa demi basa, oleh enzim polymerase. Namun, pada satu dari dua ujung DNA, permasalahan timbul yaitu pada bagian paling akhir dari ujung DNA tidak dapat di-copy. Oleh karena itu, kromosom akan memendek setiap kali sel terbelah. Kedua masalah ini dapat dipecahkan saat penerima Nobel tahun ini menemukan apa fungsi telomer dan menemukan enzim yang meng-copy-nya.
Telomer DNA Memproteksi Kromosom
Pada awal fase karir penelitiannya, Elizabeth Blackburn memetakan urutan DNA. Saat mempelajari kromosom Tetrahymena, sebuah organisme siliata uniseluler, dia mengidentifikasi sebuah urutan DNA yang diulang-ulang beberapa kali pada ujung kromosom. Fungsi urutan ini, CCCCAA, masih belum jelas. Pada waktu yang sama, Jack Szostak telah membuat penelitian bahwa sebuah molekul DNA linier, sebuah tipe monokromosom, didegradasi secara cepat saat dimasukan ke sel ragi.
Blackburn mempresentasikan hasilnya pada sebuah konferensi pada tahun 1980. Ia mengajak Jack Szostack kemudian Jack dan Blackburn memutuskan untuk melakukan eksperimen menembus batas spesies yang sangat jauh berbeda. Melalui DNA Tetrahymena, Blackburn mengisolasi urutan CCCCAA. Szostac memasangkannya dengan minikromosom dan memasukkannya ke dalam sel ragi. Hasilnya, yang telah dipublikasikan pada tahun 1982, sangat mengejutkan – urutan telomer DNA melindungi minikromosom dari degradasi. DNA telomer dari satu organisme, Tetrahymena, melindungi kromosom suatu organisme yang sangat jauh berbeda, ragi. Hal ini memperlihatkan sebuah keberadaan mekanisme dasar yang tidak diketahui sebelumnya. Kemudian, hal in menjadi bukti bahwa telomer DNA dengan urutan khasnya terdapat pada seluruh tumbuhan dan hewan, dari amuba hingga manusia.
Sebuah Enzim yang Membentuk Telomer
Carol Greider, seorang mahasiswa S1, dan supervisor Blackburn memulai menginvestigasi sebuah kemungkinan bahwa pembentukan telomer DNA dipengaruhi oleh suatu enzim yang belum diketahui. Pada hari Natal tahun 1984, Greider menemukan tanda-tanda aktivitas enzim pada ekstrak sel. Greider dan Blackburn menamakannya enzim telomerase, memisahkannya, dan menunjukkan bahwa enzim juga mengandung RNA seperti halnya protein. Komponen RNA dibuktikan mengandung urutan CCCCAA. Enzim ini berperan sebagai cetakan saat telomer dibentuk, saat komponen protein dibutuhkan untuk proses konstruksi contohnya aktivitas enzim. Telomerase memegang telomer DNA, menyediakan alat yang membuat polymerase DNA dapat meng-copy keseluruhan panjang kromosom tanpa kehilangan bagian paling akhir.
Telomer Memperlambat Penuaan Sel
Peneliti saat ini mulai meneliti apa peran telomer di sel. Kelompok Szostak mengidentifikasi sel ragi dengan mutasi yang menyebabkan pemendekan bertahap dari telomer. Beberapa sel tumbuh dengan buruk dan berhenti membelah. Blackburn dan asistennya membuat mutasi pada RNA telomerase dan meneliti efek yang sama pada Tetrahymena. Pada kedua kasus tersebut, hal ini menimbulkan penuaan sel prematur – penurunan fungsi sel akibat penuaan. Sebaliknya, telomer fungsional malah mencegah kerusakan kromosom dan memperlambat penuaan sel. Selanjutnya, kelompok Greider memperlihatkan bahwa penuaan sel manusia diperlambat oleh telomerase. Penelitian tentang ini telah banyak dan saat ini diketahui bahwa urutan DNA pada telomer menarik protein yang membentuk penutup protektif di sekeliling akhir yang rapuh dari pita DNA.
Potongan Puzzle yang Penting – Penuaan Manusia, Kanker dan Stem Sel
Penelitian ini memiliki dampak yang besar pada komunitas ilmuwan. Banyak ilmuwan berspekulasi bahwa telomer memendek dapat merupakan alasan penuaan, tidak hanya sel individual tapi juga pada organisme secara umum. Akan tetapi proses penuaan telah berubah menjadi kompleks dan saat ini dipikirkan bergantung pada beberapa faktor yang berbeda, telomer salah satu diantaranya. Penelitian di wilayah ini akan semakin banyak.
Kebanyakan sel normal tidak membelah terlalu sering, oleh karena itu kromosom tidak punya risiko memendek dan tidak membutuhkan aktivitas telomerase yang tinggi. Sebaliknya sel kanker memiliki kemampuan untuk membelah tidak terbatas dan juga memelihara telomernya. Bagaimana sel kanker menghindar dari penurunan fungsi seluler karena penuaan? Satu penjelasan menjadi dengan penemuan bahwa sel kanker sering memiliki aktivitas telomerase yang meningkat. Beberapa penelitian belum dilakukan pada wilayah ini, termasuk percobaan klinis untuk mengevaluasi vaksin yang melawan langsung sel dengan aktivitas telomerase meningkat.
Beberapa penyakit menurun saat ini diketahui menjadi penyebab defek pada telomer, contohnya anemia aplastik kongenital. Penyakit turunan tertentu dari kulit dan paru-paru juga disebabkan oleh defek telomerase.
Kesimpulan, penelitian Blackburn, Greider dan Szostak telah menambah dimensi baru pada pemahaman kita mengenai sel, mekanisme penyakit, dan merangsang pengembangan terapi potensial baru.
Sumber:
1. Nobelforsamlingen. Press Release. Available from: http://nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/2009/press.html
Label:
nobel,
nobel kedokteran,
sains,
semutmer4h
Saturday, November 7, 2009
Unik, Air Terjun Berdarah

Fenomena Alam yang sangat aneh dan langka, sebuah air terjun mengeluarkan semacam darah terus menerus
Kira-kira 2 juta tahun yang lalu Gletser Taylor terkurung dibawah aliran air yang mengandung kumpulan mikroba kuno, dan mereka terisolasi disana dibawah lapisan es yang sangat tebal secara alami, berkembang secara independen mikroba ini hidup tanpa cahaya, panas dan oksigen, dan disana mereka terperangkap pada suatu kondisi salinitas yang sangat tinggi dan kaya akan zat besi sehingga memberikan warna yang merah sama dengan zat besi dalam darah.
Para Ilmuwan memperkirakan cairan seperti darah ini berasal dari mikroba kuno yang terperangkap di dalam celah es. Dan Air terjun ini terjadi karena adanya sebuah celah dari gletser tersebut yang memungkinkan air subglacial tersebut keluar, membentuk air terjun tanpa mencemari ekosistem didalamnya. Para ilmuwanpun akhirnya menduga dari kesimpulan tersebut bisa sangat mungkin terjadi juga di planet planet lain seperti Mars dan Yupiter, Air terjun berdarah ini benar benar suatu fenomena alam yang ajaib baik secara visual maupun ilmiah.
(Dari Livejournal/Terjemah Ruanghati)
source: ruanghati.com
Label:
air terjun berdarah,
artikel,
berita,
fenomena alam aneh,
gejala alam,
heboh,
info,
informasi,
lain-lain,
langka,
pengetahuan,
sains,
sungai berdarah,
umum,
unik
Subscribe to:
Posts (Atom)